Minggu, 17 Mei 2015

Kedewasaan

Untuk kesekian kalinya aku kembali mempertanyakan, alasan aku dilahirkan, dan hidup sampai sekarang. Hidup yang seperti pendakian. Terus menanjak, dengan kecuraman yang semakin mengerikan. Memilih kembali turun adalah hal yang paling tidak mungkin, dengan jurang di samping kiri kanan. Tak ada pilihan kecuali terus menaikinya.

Mimpi setiap anak kecil adalah ingin cepat tumbuh besar, menjadi orang dewasa. Tetapi, ketika waktu tidak pernah berhenti, juga tak memberi kita kesempatan untuk berhenti, sampailah pada usia di mana tertuntut untuk menjadi dewasa. Entah waktu yang menuntut kedewasaan, atau kedewasaan yang merasa dituntut waktu untuk hadir sekarang. Andaikan bisa memilih, terus menjadi anak kecil, berlari tanpa beban. Membenci tanpa mendendam. Dan menangis tanpa malu.

Ingin rasanya kembali kecil, hanya ingin menikmati masa kecil lebih lama. Andai waktu bisa kembali, akan ku maknai waktu kecil ku dengan kegembiraan. Tak akan lagi sok sok an menjadi orang dewasa ketika masih kecil. Hanya satu, akan ku nikmati hidup masa kanak-kanak ku, dengan cara orang dewasa menginginkan kembali kemasa mundur itu.

Tapi hidup tidak begitu. Waktu mengantarkan kita pada waktunya kita harus dewasa. Menjadi kekanak-kanakan di usia 20 han akhirnya dipertanyakan orang-orang, dipertanyakan masalah yang datang tidak pernah kecil.

Setumpuk permasalahan, menumpuk satu sama lain, menuntuk untuk dihadapi, diselesaikan, dimaknai, juga yang terpenting dipelajari. Kita tidak bisa lari dari kenyataan. Kenyataan bahwa kita memang harus dewasa. Menilai sebijak apapun hidup ini. Kita tiba di sini. Di masa peralihan. Di masa hidup yang tidak pernah menawarkan lagi kemudahannya.

"Dewasa itu adalah belajar untuk menerima perubahan. Kita akan tahu, bahwa kita yang akan mengikuti aturan kehidupan. Karena perlu kekuatan lebih untuk mengatur aturan kehidupan". Kata seseorang berbisik padaku.