Jumat, 30 Oktober 2015

Rain and me


Karena sunyi malam ini, rintik itu menjadi jelas terdengar di telingaku. Masuk ke urat hati, kemudian terdengarlah suara langit bernyanyi tentang kedamaian. Mungkin akupun akan mulai begitu. Diam saja, dan berharap suara Tuhan terdengar lebih merdu dari yang biasa terdengar dalam amarah. Aku akan diam saja, belajar dari sunyi. Belajar tentang hukum alam ini bercerita tentang hukum manusia. 

hujan turun tertarik gravitasi, mengkaburkan pandangan, membangunkan ide untuk menyembunyikan tangis dibaliknya.. Tetes demi tetes hujan itu membasuh mukaku lembut, hingga tak tahu yg mana hujan atau air mata..

Sabtu, 24 Oktober 2015

Iman dan sepenggal maaf

Ingin rasanya memulai tidak peduli dan mulai membela diri. Tapi, mulut akan senantiasa kaku, hanya ingin satu hal, menutup telinga dan tidak dengar. Menutup mata agar tidak melihatnya naik darah. Dan ingin rasanya menaikan volume suara, demi satu hal, membela diri.



Tapi setiap kali, aku memilih diam. Memilih mendengar dan melihatnya begitu padaku. Lalu hanya bisa menangis dan berharap dia mengerti tanpa perlu penjelasan.



Beberapa kali meminta pada Tuhan, semoga dia mengerti tanpa penjelasan. Beberapa kali meminta pada Tuhan, semoga hati ini dikuatkan. Beberapa kali mencoba tidak peduli, tapi memilih peduli demi hati yg tidak berubah menjadi keras. Beberapa kali memilih tidak menyalahkan diri, tapi memilih meminta maaf dengan alasan, aku beriman.



Bukan kah iman begitu, tidak pernah merasa paling benar. Dan menolak untuk memperbaiki diri? Menolak rasa bersalah untuk lari? Iman tidak selemah begitu. Iman untuk menguatkan untuk mendengar yg benar dengan tidak selalu merasa benar.



Apa itu benar apa itu salah. Siapa yang benar dan siapa yang salah. Dan haruskah selalu maaf itu menunjukan sesuatu yang salah?. Haruskah meminta maaf itu selalu kepada orang yg benar?.

Minggu, 18 Oktober 2015

Biarkan begitu...

Bukan kah kita tidak perlu menceritakan tentang kebahagiaan kita yang orang lain pertanyakan?. Kita pun tidak perlu mengeja setiap kata yang kamu utarakan dalam doa untukku setiap waktu?. Biarkan saja ia begitu, biarkan saja mereka begitu,  mempertanyakan tentang keraguan mereka sendiri yang tak percaya bahwa kita sudah meronce tali kasih ini, untuk kita persembahkan kepada Tuhan. Mungkin kita belum menjadi manusia dan pasangan yang terbaik dari yang seharusnya kebaikan itu didefinisikan, tapi kita sudah berjanji, memahat kebaikan itu untuk kita perbaiki setiap harinya. Bersama...

Kamis, 01 Oktober 2015

Berhijrah

Sekitar pertengahan bulan yang lalu, kita di rumah mendapat kabar mengejutkan. Kita harus sudah pindah dalam bulan November. Saya dan teman sekamar saya sedih, terkejut, takut, dan bercampur aduklah semua perasaan bagaimana.

Kemana kita harus pindah?. Harga sewa rumah baru berapa?. Barang-barang di rumah yang entah punya siapa harus dikamanakan?. Dan segunduk pertanyaan lain yang membuat kita takut.

Memang tidak ada pilihan lain selain memang harus pindah. Hal yang pertama dicari adalah info tentang rumah. Kita mencari seantero dekat kampus, menguhungi semua teman kampus yang kita kenal. Kita sedang mencari rumah sewa yang murah.

Akhir bulan Septermber pun sudah dilalui. Bulan yang penuh ketegangan, menguras pikiran dan tenaga. Didapatlah satu rumah cantik dengan owner yang sangat baik. Walaupun harga sewanya dua kali lebih mahal. Tapi kita akhirnya memutuskan dengan berharap bahwa ini adalah pilihan terbaik.

"Seandainya nanti setelah diputuskan kita jadi mengambil rumah ini, kita tutup semua informasi mengenai rumah sewa lain yang mungkin lebih murah, lebih cantik, lebih dekat ke kampus, dengan ikhlas."

Berbekal itu, kami memutuskan. Tertanggal 1 Oktober pun kita akan harus sudah pindah. Dimulailah packing, dan menghubungi orang-orang yang kemungkinan mempunyai barang-barang di rumah. Hal lain adalah mencari teman yang mau serumah. Dan ternyata mencari rumah tidak sesusah mencari orang untuk tinggal bersama-sama.

Ketika kita memutuskan untuk menyewa rumah baru ini, terdengarlah rumah murah lain yang tiba-tiba available karena pemilik rumah merasa kemahalan untuk disewanya sendiri dengan suaminya saja.

Kita semua tertawa, menghibur diri bahwa rumah kita sekarang sudah yang terbaik. Walau harganya mungkin lebih mahal RM 300 ringgit, tapi rumah kita sekarang cantik, dan sangat strategis.

Packing, angkut-angkut barang sudah dimulai sejak 25 September lalu. Sampai tanggal 1 Oktober, rumah baru walau belum sangat rapi, tapi sudah bisa kita tempati, tiduri, masak, dan melakukan segudang aktifitas hidup yang lain. Juga Rumah lama yang kita tinggalkan dengan sangat bersih dan cantik. Alhamdulillah, kita berhijarah tempat. Dengan segala permasalahan yang kita lalui sama-sama. Dan mungkin jadi minggu yang sangat berat untuk pikiran dan fisik. Akhirnya, sampai lah di tanggal 2 Oktober ini. Dimana saya bisa kembali lagi ke kampus Seperti biasanya.

Semoga, rumah baru, teman-teman baru, bisa menghijrahkan hati saya ke tempat lebih baik, ke sikap yang lebih baik, ke harapan yang lebih baik. Semoga ini rumah terakhir yang saya akan tempati di KL. Semoga bisa pergi ke tempat, atau negara impian. Menua bersama orang tercinta, menua bersama....

KL, 2 October 2015