Rabu, 30 Maret 2016

Cinta, Rindu, dan Doa

2 tahun sudah... Mamahami cinta dari rasa rindu. Pertemuan kami pun masih bisa dihitung dengan hari. Kebersamaan yang kami korbankan memetik kesabaran dari arti sebuah penantian.

Tidak mudah, memahami satu sama lain hanya dari suara, hanya dari pesan-pesan singkat. Dan terkadang mempertaruhkan kepercayaan.

Jarak dan waktu mempermainkan kerinduan, emosi, dan perasaan. Beribu doa-doa dipanjatkan, untuk mendekatkan. Biar semesta menggaungkan cinta - cinta kami, mengorek lubang cacing. Sehingga cinta, kerinduan, dan doa berkejar-kejaran membaurkan sela-sela dimensi. 


Dan pada akhirnya, kamipun bertemu dalam dimensi doa. Saling dikuatkan atas nama kesabaran.

Selasa, 29 Maret 2016

Catatan 2 tahun pernikahan

Alhamdulillah 2 tahun sudah luka-liku perjalan pernikahan saya. Menuliskan ini dengan isak tangis kerinduan juga kesyukuran atas nikmat Allah pada kami berdua. Mencari-cari foto kita berdua di folder-folder sangat susah. Setiap kali kita bertemu kita tidak tertarik untuk berfoto bersama.

2 tahun usia pernikahan yang masih belum mencatat banyak kenangan bersama, dan juga 2 tahun itu pula waktu kebersamaan kami masih terhitung hari.

Kunjungan saya ke Grenoble dan Lyon 2 hari lalu membuat saya belajar banyak dari 2 orang ibu-ibu yang sedang menempuh studi di salah satu Universitas di sini. Pertemuan itu menjadi moment untuk saya yang baru 2 tahun menikah belajar banyak hal kepada 2 orang ibu-ibu yang sudah menikah 15 tahun dan 21 tahun.

Kita sama-sama perempuan punya mimpi, haus akan ilmu dan pengalaman. Dan dikaruniakanlah seorang pasangan yang mengerti akan hal itu. Dan bergumuruhlah hati dimana tidak ada kata kecuali rasa syukur yang amat sangat dalam.

Tidak mudah manjalani hidup berjauh-jauhan. Komunikasi yang terkadang terbatas waktu, pulsa, dan kestabilan sinyal. Tapi karena Allah ridho. Apapun yang tidak mungkin menjadi mungkin, apapun yang sulit menjadi mudah, apapun yang tidak dipercayai menjadi nyata. Dan inilah kami. Para istri-istri yang berjuang demi mimpi, berkelana jauh dengan pergolakan batin yang tak henti-henti setiap hari. Dengan gunjingan-gunjingan yang berusaha tidak kami dengar setiap hari ini, demi percaya bahwa Allah Ridho.

Ya, Allah meridhoi. Ketika mimpi, kesempatan, dan ridho Allah bertemu, maka jadilah rizki. Dan kami di sini karena bertemu dengan rizki-rizki kami. Allah sudah mengatur dan tidak perlu dijelaskan. Setiap kita yang berbeda karena Allah sang pemberi rizki.

Terimakasih untuk 2 tahun ini. Maaf belum bisa masak makanan yang enak. hehe

29-Maret-2014 sampai surga Insya Allah...





Senin, 28 Maret 2016

Gondola

 Saya punya catatan khusus tentang Gondola ini. Karena tercatat sudah tiga kali di tiga temapt yang berbeda saya menaiki sebuah gunung atau bukit dengan Gondola.

Pertama, Mont Jura. Tepat tahun lalu saya main ke ski resort nya, untuk melihat Geneva dan France dari atas pegunungan Jura.Waktu itu saya sangat tertarik dengan salju. Dan mencoba menaiki mont jura sendiri demi melihat gunung salju. Walau saat itu, udara sangat dingin dan baju saya bukan baju ski. Jadi hanya bertahan 20 menit saja di atas.

Kedua, Saleve. Saya pergi bersama teman saya dari Mesir. Untuk kepergian yang ini, saya sangat menikmati. Karena saya bisa bermain salju, dengan udara musim semi yang cukup hangat. Juga Saya bisa melihat Geneva dari atas Mont Saleve.

Ketiga, Bastile, Grenoble. Ini adalah sebuah perjalanan sejarah, melihat benteng pertahanan Bastile di kota Grenoble, France. Sangat cantik dan menarik. Ditemani seorang yang sangat baik dan mengispirasi. Melihat kota Grenoble dari ketinggian. Dan itu merupakan perjalan tidak terlupakan.

Hidup seperti gondola. Membawa kita naik ke tempat tinggi, melihat segala sesuatu dari ketinggian. Dan itulah yang membuat segala perbedaan. Menyadari bahwa kita sangat kecil untuk bisa melihat secara keseluruhan, ada satu tempat yang lebih tinggi yang harus dinaiki untuk melihat kecantikan sesuatu secara menyeluruh. Dalam hidup, ketinggian itu bernama kebijaksanaan.













Bukan pergi kemana, tetapi bertemu siapa

Entah alasan apa, dari kecil ingin sekali ke Paris. Sampai di sini, saya tahu eiffel itu hanya beberapa miles dari sini. Tidak jauh. Dan sejujurnya, saya berharap bisa ke Interlaken.

Saya mengurungkan niat saya untuk ke Interlaken, karena tiket murahnya tidak berhasil saya dapat. Akhirnya, Allah punya rencana lain mempertemukan saya dengan seorang Ibu dari Garut yang sedang kuliah di Grenoble, France. Jaraknya hanya 2.5 jam dari Geneva dengan Bus. Sepulang dari sana, saya punya kesimpulan sendiri tentang makna sebuah perjalanan.

Banyak blog dan web memberikan informasi tentang perjalanan mereka ke satu tempat terkenal, dengan biaya hotel, bus, makanan dan lain-lain. Tapi saya akhirnya tidak tertarik lagi ke Paris, ke Interlaken, atau ke tempat-tempat favorit lainnya. Bukan karena mereka tidak menarik, tapi karena bukan itu yang saya cari. Bukan kepuasan berfoto di depan Eiffle tower seperti orang kebanyakan, bukan juga cap di passport karena kita sudah pergi ke tempat itu. Lebih jauh daripada itu, lebih indah daripada itu. Yaitu "Pertemuan".

Nama tempatnya menjadi tidak penting. Foto di depan tempat terkenal itu pun menjadi tidak penting. Yang terpenting saya bertemu siapa, dan belajar apa.

Pergi ke Amsterdam tahun lalu, saya bertemu pak Sohib dan bu Faiz dengan dua anaknya. Mendengar pengalaman mereka membesarkan anak yang harus sekolah di sekolah nasional yang mengharuskan mereka berbahasa Belanda. Tidak mudah, karena anaknya sempat kesulitan untuk mengekspresikan keinginannya kepada teman atau gurunya di sekolah. Dan akhirnya anaknya bisa berbahasa Belanda dengan lancar dalam satu tahun setengah mereka bersekolah di sekolah umum. Saya juga belajar bagaimana sistem pendidikan anak di sana. Sungguh cerita itu menjadi lebih penting daripada cerita tentang Van Goh sekalipun.

Perjalanan kali ini ke Grenoble, ke Vissile, Bastile, Lyon, itu cukup menjadi pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Terutama pertemuan dengan bu Ade dan Bu Ifa yang merupakan mahasiswa S2 di universitas di France. Perjuangan ibu-ibu yang tidak mudah meninggalkan anak-anak dan suaminya demi berada di sini. Dilema antara keberuntungan dan pengorbanan menjadi hal-hal yang bergejolak untuk direnungkan batin seorang ibu. Tapi, ridho suami dan kesempatan yang Allah beri cukup menguatkan bahwa kesempatannya berada di bumi France dan jauh dari keluarga merupakan sebuah alur hidup yang harus mereka lalui.

Pada akhirnya, hidup seperti apapun akan ada sisi positif dan negatifnya. Selalu ada dukungan ataupun celaan. Selalu ada yang didapatkan juga dikorbankan. Dan itulah yang membuat cerita hidup setiap orang tidak perlu sama. Tidak berhenti berharap dan juga selalu bersyukur dengan apa yang telah di gariskan.

France, 28-March-2016



Minggu, 27 Maret 2016

Belajar Kebijaksanaan dari Socrates



"Meet people and talk!", kata seseorang di pertemuan awal-awal saya datang ke sini. Ke datangan saya yang ke dua kali ini cukup merubah saya di banyak sisi. Yang paling utama adalah keberanian bertemu dengan seseorang dan mengobrol.

Bahasa Inggris saya memang jauh dikatakan bagus. Tapi mungkin membaik. Walau masih perlu banyak latihan. Tapi, banyak mengobrol dengan orang lain membuat saya cukup tahu bahwa saya akhirnya bisa bercerita, bisa merespon, dan bisa berinteraksi.

Dan akhirnya saya mengobrol dengan banyak orang. Membuat sudut pandang berubah-berubah. Tapi, belajar untuk menjadi lebih bijak. Saya jadi teringat Socrates untuk urusan ini. Berkelana mengobrol dengan banyak orang. Untuk mencari arti kebijaksanaan.

Bertemu banyak orang membuat saya belajar banyak hal. Tentang mimpi, tentang keluarga, pernihakan, tentang memandang sesuatu. Dan semoga ini adalah kebaikan.

Allah banyak mempertemukan saya dengan orang baik. Berawal dari diskusi kecil, dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana, akhirnya bercerita kesana-kemari. Terkadang, hati perlu di rem. Karena ada batasan yang terkadang terlampaui untuk tidak di katakan. Tapi, terlepas dari diniatkan belajar, akhirnya setiap pertemuan membuat kesan yang membuat saya merinding. Terkadang sampai menangis. Betapa buruknya saya.

Bertemu orang di Garut, dan bertemu orang di Perancis membuat arti berbeda. Tapi selalu memberi arti baik jika kita mau melihatnya dari sudut pandang itu. Alhamdulillah, Allah sampaikan saya di tempat ini. Seperti seleksi alam. Orang-orang yang saya temui pun bukan orang biasa. Mereka punya banyak latar balakang hidup dan cerita berbeda. Dan itu yang saya sadari bahwa hidup tidak perlu sama seperti orang lain. Setiap hal yang kita temui, kita dapai, selalu berprasangka baik pada Allah. Dan di situlah saya bisa melihat kebaikan-kebaikan, nikmat Allah yang tidak berhenti pada saya.

Jika saya sebelumnya belajar dari orang yang beristirahat dari Fisika selama hampir 5 tahun, lalu melanjutkan lagi. Liburan kali ini saya belajar dari 2 orang ibu-ibu yang mendapatkan kesempatan belajar di Perancis selama 1 tahun. Ibu-ibu yang sangat baik, penuh inspirasi, dan mempunyai anak yang sudah besar-besar. Itulah yang membuat segala perbedaan dan menjadikan cerita mereka spesial.

Di satu sisi mereka mendapatkan mimpi, tapi berada jauh dari keluarga bukanlah hal mudah. Itulah pengorbanannya untuk membuat hidup tidak mempunyai cerita yang datar. Terimakasih ibu Ade dan ibu Ifa sudah mau mengajarkan saya banyak hal. Terimakasih sudah mengispirasi saya. Terimakasih Allah sudah mempertemukan saya dengan orang-orang hebat lagi. Allah pasti sedang mengajarkan saya sesuatu. Itulah Allah mempertemukan saya dengan seseorang. Allah maha tahu. Allah baik.

Saint Genis Poully, France, 27th March 2016

Selasa, 22 Maret 2016

Kapan Harus Menyerah?


"Mungkin ami ga cocok ngerjain penelitian ami sekarang". Ada beberapa orang yang pernah berkata itu kepada saya. Semakin hari, kadang saya ingin mempercayai bahwa saya mungkin memang tidak cocok jadi fisikawan di bidang particle physics experiment ini. "Mungkin sudahan aja. Menyerah saja. Mimpi ini terlalu tidak mungkin."

Angin musim semi pagi ini membisikkan sesuatu yang tidak biasa. Ya, saya merasakan musim semi. Karena saya ada di tempat ini. Tempat yang dulu saya impikan, dan terlalu tidak mungkin untuk seorang yang tidak ada apa-apanya seperti saya ada di sini. Tapi itu bukan hanya mimpi.

Tidak tahu siapa yang mengajarkan saya ini siapa, tiba-tiba saya berfikir "itulah pentingnya memilih sesuatu karena Allah. Maju atau menyerah harus karena Allah. Memilih sesuatu karena hal tersebut mendekatkan kita padaNya. Memilih menyudahi karena hal tersebut menjauhkan kita dariNya."

Jika saya banyak kesalahan, itu karena saya. Bukan karena particle physics ini yang menjauhkan saya dariNya. Tidak ada orang di sini yang menyuruh saya melepas jilbab, atau mencekal saya ketika saya sedang sholat. Justru, karena kesusahan dengan penelitian saya yang membuat akhirnya saya hanya bisa malu. Saya merasa tidak ada apa-apa yang perlu saya sombongkan. Saya datang lagi padaNya meminta pertolongan, meminta dimudahkan, meminta diberi pengetahuan yang banyak.

Allah yang punya ilmu. Allah punya alasan kenapa memberikan jalan kepada saya untuk sampai di sini. Allah maha tahu. Tidak ada alasan untuk mundur.

CERN, 22nd-March-2016

Selasa, 15 Maret 2016

Menjadi penebar kebaikan, kepada siapapun

"Nanti kalau ada pertanyaan tentang code atau apapun itu, email aja". Dan kalimat itu tidak terdengar hanya satu kali. Dia akan bilang begitu setiap kali dia akan pergi.

Pernyataan yang mirip aku dengar tidak hanya dari satu atau dua orang. Banyak orang bilang begitu. Dan aku pun terharu, berpikir, kenapa aku tidak menawarkan bantuan begitu. Sejujurnya aku kurang PD untuk bilang begitu. Apalah aku ini. Banyak ga tahunya.

"akak nak tolong orang, akak nak bantu orang yang tanya pada akak. So, akak kena belajar." Saya sedikit heran ketika mendengar pernyataan itu dari seorang ka Mira, mulianya keinginannya. Ada ya keinginan begitu?. Saking aku bukan  orang baik mungkin ya. Ga kepikiran begitu.

Dan setelah sekian banyak dipertemukan dengan orang baik, Allah ingin mengajarkan saya sesuatu, "Ami, kamu harus lebih banyak memberi, menolong".

Dan hampir 2 bulan di sini mengajarkan saya untuk belajar membantu, belajar lebih baik. Allah seperti sedang menampar saya, untuk menjadi lebih baik. Dan seperti biasa, kebaikan itu selalu membuat merinding, tersentuh. Sekecil apapun kebaikan itu.

"Saya ingin menjadi guru." Keinginan itu semakin hari semakin kuat. Ingin bermanfaat untuk orang banyak. Ingin mempercayai muridnya. Ingin meyakinkan potensi yang dimiliki setiap orang. 2 bulan kali ini menjadi sangat berarti. 



Senin, 07 Maret 2016

Banyak orang-orang datang pada kita atau yang kita datangi, banyak juga orang yang kita tak mengenali mereka, tapi memberi arti untuk kita. Menurutku, hidup tidak hanya tentang kita sendiri, tapi hidup adalah tentang orang-orang di sekitar kita, juga hal-hal di alam semesta ini membentuk pola, membentuk cerita hidup dalam definisi definisi kita. Ya kita, hidup ku adalah hidup yang aku definisikan. Bukan definisi orang lain.

Begitupun rasa sakit, rasa marah, senang, sedih, itu semua aku definisikan. Dalam duniaku sendiri.

Banyak orang-orang yang aku kagumi, tapi di antara mereka banyak juga yang menjadi kenangan pahit. Tapi banyak juga orang yang mungkin aku benci, tapi tak sedikit dari mereka aku ingat kebaikannya.

Perjalan ke CERN ke dua kali ini cukup membuatku banyak befikir. Selain tentang penelitian, juga tentang hidup. Hidup yang aku permasalahkan sebelum ini, di putar disini. Menjadi sendirian, adalah satu kesempatan dimana kita akan mendengar tentang kita, dan tentang bisikan kebenaran.

Allah begitu baik, rencanaNya selalu cantik, dia mengajarkan banyak hal yang aku pertanyakan selama ini, dijawab dengan diberikannya kesempatan ke-2 untuk ku datang ke tempat ini lagi. Sendiri.

Ya, sendiri. Kata itu yang merubah banyak cara pandang ku terhadap dunia, terhadap orang lain, terutama tentang diriku sendiri. Mengenal apa itu benci, apa itu masalah, apa itu "aku".

Ya, terkadang masalah itu bukan karena orang lain. Masalah itu adalah karena kita sendiri. Kita menganggap itu mengganggu, menganggap itu masalah, padahal cara pandang kitalah yang bermasalah.

Aku jelas bukan orang baik, dan Allah mempertemukan aku pada orang dengan berbagai macam jenis baik dan jahat (sesuai definisi aku), untuk membuatku berfikir dan belajar. Mencontoh yang baik saja selalu belum sempurna, tanpa kita tahu apa itu jahat, sampai pada akhirnya kita berjanji untuk tidak berbuat jahat.

Pada akhirnya, orang-orang yang aku kagumi juga punya kesalahan, begitu juga orang-orang yang aku permasalahkan keberadaannya, mereka punya kebaikan yang senantiasa mengajarkan ku banyak hal. Aku pun begitu kan?. Bercampur antara kebaikan dan kejahatan, menyatu dalam diri "keakuan".

Berharap ini tak sementara, berharap ini cukup sudah aku lalui liku lukanya. Berharap apa yang sadari sekarang, dapat membuat aku lebih baik memandang hidup, lebih bahagia menerima masalah. Bahwa Allah begitu dekat, untuk memberi pelajaran pada kita untuk menjadi lebih baik. Wallahualam..

Maaf atas segala salah, yang lalu ataupun yang akan datang. Maaf atas luka yang aku coret baik yang aku sadari ataupun tidak. Aku pun sedang belajar menjadi lebih baik. Semoga,,,


Sabtu, 05 Maret 2016

Buku dan Pengalaman

"Buku adalah jendela dunia", tulisan itu saya temui disetiap perpustakaan-perpustakaan sekolah. Memperkenalkan kita pada dunia, mengajarkan sesuatu yang kita belum tahu tentang dunia.

Sudah terhitung tahun saya tidak pernah menginjakan kaki di perpustakaan. Menjadi pembaca facebook dan google yang setia. Dan saya masih bisa dikatakan belajar, sekalipun dari novel-novel dari penulis favorit saya.

Sejak menjauh dari perpustakaan, sejak itu pula saya bisa melanjutkan kata mutiara itu "... dan pengalaman adalah pintunya". Pada akhirnya pengalamanlah yang membuat dunia itu berbeda dari hanya apa yang kita liat dari bingkai sebuah jendela. Dari jumlah halaman sebuah buku.

Ada kebahagian yang berbeda, juga ada ketakutan yang berbeda setiap apa yang kita sendiri alami, dengan apa yang diceritakan di buku. Alasannya sederhana, "siapa yang melihatnya". Mungkin buku adalah apa yang dialami oleh penulis, dan kita menitipkan cara pandang kita terhadap dunia melalui cara pandang penulis sebuah buku. Dan pengalaman sendiri akan memberi rasa dan cara pandang untuk setiap kenangan (buku) yang akan kita tulis tentang dunia.

France, March 5, 2016