Senin, 21 Desember 2015

Merayu waktu

Hidup ini sedang berkejar-kejaran dengan waktu. Berlari bersama waktu itu yang bisa dilakukan. At least, menyamainya derasnya. Derasnya alur waktu, yang terkadang relatif terhadap penantian dan deadline. Terkadang berharap bisa mendahului waktu, sehingga ketika suatu hari hidup menguji ku lagi, aku sudah bersiap dan tahu apa yang akan terjadi.

Beberapa kali mencoba mendahului waktu dengan bermimpi. Dengan segudang rencana-rencana hidup yang penuh dengan berbagai macam persiapan. Tapi terkadang hidup menahannya dan seperti berkata "Nikmati saja dulu waktu ini, jangan terburu-buru. Ada alur yang perlu kau tahu. Dan suatu hari nanti kau akan tahu bahwa 'saat ini' adalah saat yang terpenting dalam hidupmu. Dan 'setiap saat' akan menjadi saat terpeting untukmu".

Beberapa kali mencoba bernegosiasi dengan hidup untuk dilompatinya di beberapa waktu, untuk dihapusnya di beberapa waktu, untuk diulangnya di beberapa waktu, dan untuk berhenti di beberapa waktu. Tapi, hidup tidak bisa merayu waktu untuk mengalir seperti yang kita mau. Dia akan begitu, menjalankan detik per detiknya dengan jeda yang sama.

Menyerah untuk merayu waktu, terpikir untuk merayu takdir. Tapi terhenti karena kenyataan kita yang sekarang adalah sekumpulan takdir-takdir masa lalu. Dan kemungkinan, siapa dan bagaimana kita di masa depan, adalah kumpulan kenyataan kita yang sekarang.

Saya tidak bisa protes terlahir dari siapa, tidak bisa tidak menjadi perempuan, dan ketidakmungkinan lainnya. Dan jika takdir-takdir itu hanyalah variable tetap, tapi banyak variasi variable yang dipunyai seseroang, dan tertumbuhlah kepribadian, karakter, dan cerita-cerita orang-orang yang berbeda. Dan hidup itu unik karena itu.

Beberapa kali ditampar alur hidup yang berbeda-beda, terkadang terlalu bahagia sampai lupa bersyukur, atau terkadang sangat terpuruk sehingga ingin mati saja. Hanya satu yang perlu dilakukan dalam setiap keadaan, yaitu "Belajar". Dengan menikmati apa yang hadir saat ini, menjadikan kita belajar banyak hal. Walaupun yang ditawarkan hidup terkadang scene kegelapan, tapi saat gelaplah kita bisa mendengar "sepi".

Terkadang karena ketidaktahuan terhadap masa depan yang membuat kita ketakutan dan lupa bahwa hidup itu adalah saat ini. Saat yang harus dilakukan dengan yang terbaik yang bisa kita lakukan, walau mengingat masa lalu itu sangat memalukan, atau menerka masa depan yang terlalu menakutkan.

Terkadang belajar perlu waktu yang tidak sebentar untuk memahami apa yang Allah sedang ajarkan, tapi kita hanya perlu merendah hati untuk mendengarkan kebenaran. Sampai kita tak akan lagi ragu pada apa yang sudah waktu gariskan. Sampai kita akan berterimakasih kepada masalalu.


Tidak ada komentar :

Posting Komentar