Sabtu, 26 November 2016

Lubang Cacing



Bertahun-tahun sudah membentengi masa lalu. Berharap, kenangan-kenangan waktu dulu tak akan merusak hari-hari sekarang. Bertahun-tahun juga mengubur semua kenangan-kenangan itu. Berharap, aku tak akan mengingatnya lagi. Benteng tebal itu, sedikit-sedikit aku buat dengan rasa gensi terbesar yang saya punya. Gengsi untuk mengingat-ngingatnya lagi.

Entah kenapa, Tuhan tiba-tiba mengutus seseorang untuk menggerogoti lubang itu. Seperti membentuk lubang cacing yang menghubungkan waktu dulu dan waktu sekarang. Dan kini, kenangan-kenangan itu seperti sedang berusaha mengetuk pintu, berteriak-teriak meminta aku membukakan pintu untuk mereka. "Oh tidak... Jangan masuk, aku mohon... Jangan pernah datang.. Jangan pernah menggangu ku lagi..." Lirihku.

Aku berusaha sekuat tenaga menahan pintu itu supaya tidak terbuka. Tapi, aku bisa mendengar mereka seperti sedang berbisik di balik pintu. Karena aku menyadari benteng yang tadinya tebalpun, kini hanya setipis gendang telinga. Getaran kenangan-kenangan itu kini merambat pada selaput-selaput otak. Menggali kuburan kenangan-kenangan tentang amarah, luka, dan masa indah waktu dulu.

Dan kini, aku hanya sedang mendengarkan bisikan-bisikan itu yang semakin kuat. Aku tersungkur pasrah seperti tak ada pilihan untuk menutup telinga. Dan aku baru tahu, kalau marah yang dulu itu masih sama sekarang. Ternyata perdebatan dan maaf-maafan dulu itu, hanya formalitas. Ternyata luka itu masih hanya tertutup plester yang tak pernah betul-betul terobati. Dan akhirnya aku tahu, betapa kerdilnya aku. Betapa pengecutnya aku.

Dan aku masih bertanya, kenapa kau datang sekarang? Untuk apa datang sekarang? Setelah sekian lama aku memisahkan kenangan-kenangan itu, kenapa sekarang?.

Jumat, 15 Juli 2016

Resep daging sapi rasa kenangan


Efek jadi anak bungsu dengan banyak sodara perempuan. Keahlian saya bukan di memasak. Karena sejak kecil saya jadi tukang bolak-balik ke warung atau bantuin marud kelapa, motong - motong, kupas-kupas, kalau bikin kue yg bagian ngegulung - gulung, atau mixer aja. Jadi masak itu ga tahu proses awal sampai akhirnya.

Efek jadi mahasiswa sampai sekarang, yg kalau masak ga niat, seadanya, sekenanya, dan alakadarnya. Berefek nervous ketika masakin sesuatu buat suami. Sebelum memasak pasti saya akan minta maaf dulu kalau ga enak nanti nya.

Efek lebaran ga bisa mudik, akhirnya alhamduliilah suami bisa datang ke sini. Dan kita membajak rumah. Dan akhirnya bisa merasakan peran sebagai istri. Heheee. Biasanya kalau ketemu di hotel, di rumah ibu, di rumah ibu mertua, yg cenderung ga masak.

Dan ketakutan itu ada. Kerjaan sebelum lebaran liatin menu masakan, resep, cara memasak, dll. Dan di mulailah dengan belanja dengan segala ada. Dengan bumbu rempah lengkap.

Dan masak daging nya baru sempat sekarang dimana saya ga tahu ini resep apa. Saya cuma campur - campur segala yg ada. Tapi satu, ketika saya tambahkan parutan pala ke daging nya, terciumlah aroma kenangan masakan ibu. Biasanya hanya bisa mencium, tanpa perduli resep nya apa. Selama lebaran ini, saya jadi tahu bau sambal dengan campuran daun salam, bau santan dengan hati sapi, bau buah pala dengan daging sapi.

Memang tidak sesusah rendang, gepuk, gule, tapi saya tahu banyak orang bisa tahu resep satu masakan hanya dengan mencium bau atau mencicipinya.
Mungkin hasil akhir kurang menarik. Tapi rasanya alhamduliilah... hehe

Saya ingin mengsave resepnya. Ga tahu nama masakannya apa. Yang jelas enak.

Bahan:
Daging sapi
bawang merah
bawang putih
bawang bombai
tomat
cabe merah besar
cabe merah keriting
cabe rawit
sereh
lengkuas
paprika

cara membuat:
1. Daging sapi direbus-ditiriskan-dipotong tipis tipis kecil. 
2. Siapkan bumbu dasar merah. Bawang merah, bawang putih, tomat, semua cabe di blender. Lalu dimasak sampai harus. Tambahkan daun salam. Bumbu dasar ini bisa disimpan lama dalam kulkas untuk memasak yang lain.
3. Letakan sedikit minyak dalam penggorengan. Goreng daging sapi yang sudah dipotong-potong tadi. Lalu tambahkan bawang bombai. Goreng sampai harus dan bawang layu. Tambahkan garam, merica, gula putih sedikit, dan parutan buah pala (ini rasanya enak banget). Tambahkan bumbu merah tadi dan geprekan sereh dan lengkuas.
3. Tunggu sampai matang, dan tambahkan potongan paprika. Dan Sajikan.

Jumat, 24 Juni 2016

Salam sapa dari tukang curhat di Blog

Saya yakin, bahwa hidup setiap waktunya akan mengajarkan kita banyak hal. Itupun kalau kita sudah siap untuk membuka hati dan pikiran untuk belajar. Saya yakin ada banyak cara untuk belajar. Dari buku, dari fb, dari internet, dan juga dari mengobrol.

Ya mengobrol. Seorang bapak-bapak pernah bilang kepada saya "sering-sering fb an. ngobrol sama banyak orang. Tapi ngobrollah sesuatu hal yang berguna". Dan dari situ, saya selalu suka mengobrol, mendongeng, dan berdiskusi. Dari berdiskusi kita bisa belajar hal baru. Saling bertukar ilmu baru. Dan dari niat 'ingin belajar' itulah, banyak hal baru yang saya tahu dan berguna untuk hidup saya.

Sering kali saya menceritakan kepada teman saya dan dari saran banyak teman-teman untuk menuliskan di blog, sejak tahun lalu saya mulai aktif lagi menulis di sini.

Lewat blog ini, saya ingin belajar, saya ingin memberi tahu apa yang saya tahu kepada banyak orang. Karena semakin saya antusias belajar dari apa yang hidup ajarkan untuk saya, saya yakin hal ini akan berguna untuk orang lain.

Mengobrol secara langsung, mungkin terbatas dengan orang-orang yang saya kenal. Tapi dari blog, saya bisa belajar lebih dari sekedar berkenalan.

Hari ini pun saya juga belajar dari seseorang, tentang satu komunitas blogger yang bisa mewadahi keinginan saya untuk belajar dan bertemu dengan blogger-blogger lainnya, bertukar ilmu, bertukar cerita.

Salam kenal komunitas Blogger Energy. Izinkah saya belajar lebih banyak.

Senin, 18 April 2016

Pencarian Arti Hidup Selama Kita Hidup Tak Berhenti Sampai Mati

"Menurut saya, pilih sesuai yang kamu mau". Tetiba satu baris wejangan itu sangat aneh. Bukan karena ini pertama kalinya saya mendengar kalimat itu, tapi justru saya mendengarnya berkali-kali dari orang yang baru saya kenal.

Setiap perubahan, setiap menaiki satu tangga hidup, selalu ada pergolakan batin. Terlalu banyak wejangan mirip "mario teguh" terngiang-ngiang dalam hidup saya. Dan selalu, hal yang paling berat dalam hidup adalah ketika harus mengambil keputusan.

Di satu sisi kita mendengar, teruslah bermimpi setinggi-tingginya. Tapi kenyataan selalu menyuruh kita berpikir realistis dan terkadang sebuah mimpi harus dikorbankan demi hidup dalam dimensi kenyataan. 

Di sisi lain kita mendengar, "ikuti kata hati, ikuti yang kita mau". Tapi saya masih begitu ingat, dibeberapa kali pengalaman saya bermimpi-memutuskan-menjalani kehidupan, siklus hidup itu terkadang tidak siklik. Terkadang ketika hidup memberi kita kesempatan untuk menjajaki apa yang kita mau, lalu kita akan mencari hal lain. Yang berbeda, yang menantang.

Pertanyaannya, "apa yang saya mau?. Apa yang saya cari?" itu akan selalu menjadi misteri. Ketika hidup memberikan kesempatan pada kita untuk bertemu apa yang sudah kita impikan, sudah kita cita-citakan, kita tidak puas dengan itu. Hidup ternyata tidak berhenti di situ.

"Emang sekarang kaka sedang manjalani hidup yang kaka mau?". Saya menjawab inbox atas wejangan itu.

"Saya juga ga tahu apa yang saya mau, yang saya cari". Jawabnya.

"jadi nya ngalir aja, kan sesuai dengan philosophy nya science, kalo semua itu kita tau, that is it thats the end... jadi saya juga gitu.. kalo saya dah tau yang saya mau.. yaa that is it"

Jawaban itu membuat saya sebentar termenung. Selama masih dikatakan hidup, hidup akan selalu begitu. Mencari apa yang kita mau. Dan hidup selalu sangat menarik karena itu bukan?. Mencari...

Rabu, 30 Maret 2016

Cinta, Rindu, dan Doa

2 tahun sudah... Mamahami cinta dari rasa rindu. Pertemuan kami pun masih bisa dihitung dengan hari. Kebersamaan yang kami korbankan memetik kesabaran dari arti sebuah penantian.

Tidak mudah, memahami satu sama lain hanya dari suara, hanya dari pesan-pesan singkat. Dan terkadang mempertaruhkan kepercayaan.

Jarak dan waktu mempermainkan kerinduan, emosi, dan perasaan. Beribu doa-doa dipanjatkan, untuk mendekatkan. Biar semesta menggaungkan cinta - cinta kami, mengorek lubang cacing. Sehingga cinta, kerinduan, dan doa berkejar-kejaran membaurkan sela-sela dimensi. 


Dan pada akhirnya, kamipun bertemu dalam dimensi doa. Saling dikuatkan atas nama kesabaran.

Selasa, 29 Maret 2016

Catatan 2 tahun pernikahan

Alhamdulillah 2 tahun sudah luka-liku perjalan pernikahan saya. Menuliskan ini dengan isak tangis kerinduan juga kesyukuran atas nikmat Allah pada kami berdua. Mencari-cari foto kita berdua di folder-folder sangat susah. Setiap kali kita bertemu kita tidak tertarik untuk berfoto bersama.

2 tahun usia pernikahan yang masih belum mencatat banyak kenangan bersama, dan juga 2 tahun itu pula waktu kebersamaan kami masih terhitung hari.

Kunjungan saya ke Grenoble dan Lyon 2 hari lalu membuat saya belajar banyak dari 2 orang ibu-ibu yang sedang menempuh studi di salah satu Universitas di sini. Pertemuan itu menjadi moment untuk saya yang baru 2 tahun menikah belajar banyak hal kepada 2 orang ibu-ibu yang sudah menikah 15 tahun dan 21 tahun.

Kita sama-sama perempuan punya mimpi, haus akan ilmu dan pengalaman. Dan dikaruniakanlah seorang pasangan yang mengerti akan hal itu. Dan bergumuruhlah hati dimana tidak ada kata kecuali rasa syukur yang amat sangat dalam.

Tidak mudah manjalani hidup berjauh-jauhan. Komunikasi yang terkadang terbatas waktu, pulsa, dan kestabilan sinyal. Tapi karena Allah ridho. Apapun yang tidak mungkin menjadi mungkin, apapun yang sulit menjadi mudah, apapun yang tidak dipercayai menjadi nyata. Dan inilah kami. Para istri-istri yang berjuang demi mimpi, berkelana jauh dengan pergolakan batin yang tak henti-henti setiap hari. Dengan gunjingan-gunjingan yang berusaha tidak kami dengar setiap hari ini, demi percaya bahwa Allah Ridho.

Ya, Allah meridhoi. Ketika mimpi, kesempatan, dan ridho Allah bertemu, maka jadilah rizki. Dan kami di sini karena bertemu dengan rizki-rizki kami. Allah sudah mengatur dan tidak perlu dijelaskan. Setiap kita yang berbeda karena Allah sang pemberi rizki.

Terimakasih untuk 2 tahun ini. Maaf belum bisa masak makanan yang enak. hehe

29-Maret-2014 sampai surga Insya Allah...





Senin, 28 Maret 2016

Gondola

 Saya punya catatan khusus tentang Gondola ini. Karena tercatat sudah tiga kali di tiga temapt yang berbeda saya menaiki sebuah gunung atau bukit dengan Gondola.

Pertama, Mont Jura. Tepat tahun lalu saya main ke ski resort nya, untuk melihat Geneva dan France dari atas pegunungan Jura.Waktu itu saya sangat tertarik dengan salju. Dan mencoba menaiki mont jura sendiri demi melihat gunung salju. Walau saat itu, udara sangat dingin dan baju saya bukan baju ski. Jadi hanya bertahan 20 menit saja di atas.

Kedua, Saleve. Saya pergi bersama teman saya dari Mesir. Untuk kepergian yang ini, saya sangat menikmati. Karena saya bisa bermain salju, dengan udara musim semi yang cukup hangat. Juga Saya bisa melihat Geneva dari atas Mont Saleve.

Ketiga, Bastile, Grenoble. Ini adalah sebuah perjalanan sejarah, melihat benteng pertahanan Bastile di kota Grenoble, France. Sangat cantik dan menarik. Ditemani seorang yang sangat baik dan mengispirasi. Melihat kota Grenoble dari ketinggian. Dan itu merupakan perjalan tidak terlupakan.

Hidup seperti gondola. Membawa kita naik ke tempat tinggi, melihat segala sesuatu dari ketinggian. Dan itulah yang membuat segala perbedaan. Menyadari bahwa kita sangat kecil untuk bisa melihat secara keseluruhan, ada satu tempat yang lebih tinggi yang harus dinaiki untuk melihat kecantikan sesuatu secara menyeluruh. Dalam hidup, ketinggian itu bernama kebijaksanaan.













Bukan pergi kemana, tetapi bertemu siapa

Entah alasan apa, dari kecil ingin sekali ke Paris. Sampai di sini, saya tahu eiffel itu hanya beberapa miles dari sini. Tidak jauh. Dan sejujurnya, saya berharap bisa ke Interlaken.

Saya mengurungkan niat saya untuk ke Interlaken, karena tiket murahnya tidak berhasil saya dapat. Akhirnya, Allah punya rencana lain mempertemukan saya dengan seorang Ibu dari Garut yang sedang kuliah di Grenoble, France. Jaraknya hanya 2.5 jam dari Geneva dengan Bus. Sepulang dari sana, saya punya kesimpulan sendiri tentang makna sebuah perjalanan.

Banyak blog dan web memberikan informasi tentang perjalanan mereka ke satu tempat terkenal, dengan biaya hotel, bus, makanan dan lain-lain. Tapi saya akhirnya tidak tertarik lagi ke Paris, ke Interlaken, atau ke tempat-tempat favorit lainnya. Bukan karena mereka tidak menarik, tapi karena bukan itu yang saya cari. Bukan kepuasan berfoto di depan Eiffle tower seperti orang kebanyakan, bukan juga cap di passport karena kita sudah pergi ke tempat itu. Lebih jauh daripada itu, lebih indah daripada itu. Yaitu "Pertemuan".

Nama tempatnya menjadi tidak penting. Foto di depan tempat terkenal itu pun menjadi tidak penting. Yang terpenting saya bertemu siapa, dan belajar apa.

Pergi ke Amsterdam tahun lalu, saya bertemu pak Sohib dan bu Faiz dengan dua anaknya. Mendengar pengalaman mereka membesarkan anak yang harus sekolah di sekolah nasional yang mengharuskan mereka berbahasa Belanda. Tidak mudah, karena anaknya sempat kesulitan untuk mengekspresikan keinginannya kepada teman atau gurunya di sekolah. Dan akhirnya anaknya bisa berbahasa Belanda dengan lancar dalam satu tahun setengah mereka bersekolah di sekolah umum. Saya juga belajar bagaimana sistem pendidikan anak di sana. Sungguh cerita itu menjadi lebih penting daripada cerita tentang Van Goh sekalipun.

Perjalanan kali ini ke Grenoble, ke Vissile, Bastile, Lyon, itu cukup menjadi pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Terutama pertemuan dengan bu Ade dan Bu Ifa yang merupakan mahasiswa S2 di universitas di France. Perjuangan ibu-ibu yang tidak mudah meninggalkan anak-anak dan suaminya demi berada di sini. Dilema antara keberuntungan dan pengorbanan menjadi hal-hal yang bergejolak untuk direnungkan batin seorang ibu. Tapi, ridho suami dan kesempatan yang Allah beri cukup menguatkan bahwa kesempatannya berada di bumi France dan jauh dari keluarga merupakan sebuah alur hidup yang harus mereka lalui.

Pada akhirnya, hidup seperti apapun akan ada sisi positif dan negatifnya. Selalu ada dukungan ataupun celaan. Selalu ada yang didapatkan juga dikorbankan. Dan itulah yang membuat cerita hidup setiap orang tidak perlu sama. Tidak berhenti berharap dan juga selalu bersyukur dengan apa yang telah di gariskan.

France, 28-March-2016



Minggu, 27 Maret 2016

Belajar Kebijaksanaan dari Socrates



"Meet people and talk!", kata seseorang di pertemuan awal-awal saya datang ke sini. Ke datangan saya yang ke dua kali ini cukup merubah saya di banyak sisi. Yang paling utama adalah keberanian bertemu dengan seseorang dan mengobrol.

Bahasa Inggris saya memang jauh dikatakan bagus. Tapi mungkin membaik. Walau masih perlu banyak latihan. Tapi, banyak mengobrol dengan orang lain membuat saya cukup tahu bahwa saya akhirnya bisa bercerita, bisa merespon, dan bisa berinteraksi.

Dan akhirnya saya mengobrol dengan banyak orang. Membuat sudut pandang berubah-berubah. Tapi, belajar untuk menjadi lebih bijak. Saya jadi teringat Socrates untuk urusan ini. Berkelana mengobrol dengan banyak orang. Untuk mencari arti kebijaksanaan.

Bertemu banyak orang membuat saya belajar banyak hal. Tentang mimpi, tentang keluarga, pernihakan, tentang memandang sesuatu. Dan semoga ini adalah kebaikan.

Allah banyak mempertemukan saya dengan orang baik. Berawal dari diskusi kecil, dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana, akhirnya bercerita kesana-kemari. Terkadang, hati perlu di rem. Karena ada batasan yang terkadang terlampaui untuk tidak di katakan. Tapi, terlepas dari diniatkan belajar, akhirnya setiap pertemuan membuat kesan yang membuat saya merinding. Terkadang sampai menangis. Betapa buruknya saya.

Bertemu orang di Garut, dan bertemu orang di Perancis membuat arti berbeda. Tapi selalu memberi arti baik jika kita mau melihatnya dari sudut pandang itu. Alhamdulillah, Allah sampaikan saya di tempat ini. Seperti seleksi alam. Orang-orang yang saya temui pun bukan orang biasa. Mereka punya banyak latar balakang hidup dan cerita berbeda. Dan itu yang saya sadari bahwa hidup tidak perlu sama seperti orang lain. Setiap hal yang kita temui, kita dapai, selalu berprasangka baik pada Allah. Dan di situlah saya bisa melihat kebaikan-kebaikan, nikmat Allah yang tidak berhenti pada saya.

Jika saya sebelumnya belajar dari orang yang beristirahat dari Fisika selama hampir 5 tahun, lalu melanjutkan lagi. Liburan kali ini saya belajar dari 2 orang ibu-ibu yang mendapatkan kesempatan belajar di Perancis selama 1 tahun. Ibu-ibu yang sangat baik, penuh inspirasi, dan mempunyai anak yang sudah besar-besar. Itulah yang membuat segala perbedaan dan menjadikan cerita mereka spesial.

Di satu sisi mereka mendapatkan mimpi, tapi berada jauh dari keluarga bukanlah hal mudah. Itulah pengorbanannya untuk membuat hidup tidak mempunyai cerita yang datar. Terimakasih ibu Ade dan ibu Ifa sudah mau mengajarkan saya banyak hal. Terimakasih sudah mengispirasi saya. Terimakasih Allah sudah mempertemukan saya dengan orang-orang hebat lagi. Allah pasti sedang mengajarkan saya sesuatu. Itulah Allah mempertemukan saya dengan seseorang. Allah maha tahu. Allah baik.

Saint Genis Poully, France, 27th March 2016

Selasa, 22 Maret 2016

Kapan Harus Menyerah?


"Mungkin ami ga cocok ngerjain penelitian ami sekarang". Ada beberapa orang yang pernah berkata itu kepada saya. Semakin hari, kadang saya ingin mempercayai bahwa saya mungkin memang tidak cocok jadi fisikawan di bidang particle physics experiment ini. "Mungkin sudahan aja. Menyerah saja. Mimpi ini terlalu tidak mungkin."

Angin musim semi pagi ini membisikkan sesuatu yang tidak biasa. Ya, saya merasakan musim semi. Karena saya ada di tempat ini. Tempat yang dulu saya impikan, dan terlalu tidak mungkin untuk seorang yang tidak ada apa-apanya seperti saya ada di sini. Tapi itu bukan hanya mimpi.

Tidak tahu siapa yang mengajarkan saya ini siapa, tiba-tiba saya berfikir "itulah pentingnya memilih sesuatu karena Allah. Maju atau menyerah harus karena Allah. Memilih sesuatu karena hal tersebut mendekatkan kita padaNya. Memilih menyudahi karena hal tersebut menjauhkan kita dariNya."

Jika saya banyak kesalahan, itu karena saya. Bukan karena particle physics ini yang menjauhkan saya dariNya. Tidak ada orang di sini yang menyuruh saya melepas jilbab, atau mencekal saya ketika saya sedang sholat. Justru, karena kesusahan dengan penelitian saya yang membuat akhirnya saya hanya bisa malu. Saya merasa tidak ada apa-apa yang perlu saya sombongkan. Saya datang lagi padaNya meminta pertolongan, meminta dimudahkan, meminta diberi pengetahuan yang banyak.

Allah yang punya ilmu. Allah punya alasan kenapa memberikan jalan kepada saya untuk sampai di sini. Allah maha tahu. Tidak ada alasan untuk mundur.

CERN, 22nd-March-2016

Selasa, 15 Maret 2016

Menjadi penebar kebaikan, kepada siapapun

"Nanti kalau ada pertanyaan tentang code atau apapun itu, email aja". Dan kalimat itu tidak terdengar hanya satu kali. Dia akan bilang begitu setiap kali dia akan pergi.

Pernyataan yang mirip aku dengar tidak hanya dari satu atau dua orang. Banyak orang bilang begitu. Dan aku pun terharu, berpikir, kenapa aku tidak menawarkan bantuan begitu. Sejujurnya aku kurang PD untuk bilang begitu. Apalah aku ini. Banyak ga tahunya.

"akak nak tolong orang, akak nak bantu orang yang tanya pada akak. So, akak kena belajar." Saya sedikit heran ketika mendengar pernyataan itu dari seorang ka Mira, mulianya keinginannya. Ada ya keinginan begitu?. Saking aku bukan  orang baik mungkin ya. Ga kepikiran begitu.

Dan setelah sekian banyak dipertemukan dengan orang baik, Allah ingin mengajarkan saya sesuatu, "Ami, kamu harus lebih banyak memberi, menolong".

Dan hampir 2 bulan di sini mengajarkan saya untuk belajar membantu, belajar lebih baik. Allah seperti sedang menampar saya, untuk menjadi lebih baik. Dan seperti biasa, kebaikan itu selalu membuat merinding, tersentuh. Sekecil apapun kebaikan itu.

"Saya ingin menjadi guru." Keinginan itu semakin hari semakin kuat. Ingin bermanfaat untuk orang banyak. Ingin mempercayai muridnya. Ingin meyakinkan potensi yang dimiliki setiap orang. 2 bulan kali ini menjadi sangat berarti. 



Senin, 07 Maret 2016

Banyak orang-orang datang pada kita atau yang kita datangi, banyak juga orang yang kita tak mengenali mereka, tapi memberi arti untuk kita. Menurutku, hidup tidak hanya tentang kita sendiri, tapi hidup adalah tentang orang-orang di sekitar kita, juga hal-hal di alam semesta ini membentuk pola, membentuk cerita hidup dalam definisi definisi kita. Ya kita, hidup ku adalah hidup yang aku definisikan. Bukan definisi orang lain.

Begitupun rasa sakit, rasa marah, senang, sedih, itu semua aku definisikan. Dalam duniaku sendiri.

Banyak orang-orang yang aku kagumi, tapi di antara mereka banyak juga yang menjadi kenangan pahit. Tapi banyak juga orang yang mungkin aku benci, tapi tak sedikit dari mereka aku ingat kebaikannya.

Perjalan ke CERN ke dua kali ini cukup membuatku banyak befikir. Selain tentang penelitian, juga tentang hidup. Hidup yang aku permasalahkan sebelum ini, di putar disini. Menjadi sendirian, adalah satu kesempatan dimana kita akan mendengar tentang kita, dan tentang bisikan kebenaran.

Allah begitu baik, rencanaNya selalu cantik, dia mengajarkan banyak hal yang aku pertanyakan selama ini, dijawab dengan diberikannya kesempatan ke-2 untuk ku datang ke tempat ini lagi. Sendiri.

Ya, sendiri. Kata itu yang merubah banyak cara pandang ku terhadap dunia, terhadap orang lain, terutama tentang diriku sendiri. Mengenal apa itu benci, apa itu masalah, apa itu "aku".

Ya, terkadang masalah itu bukan karena orang lain. Masalah itu adalah karena kita sendiri. Kita menganggap itu mengganggu, menganggap itu masalah, padahal cara pandang kitalah yang bermasalah.

Aku jelas bukan orang baik, dan Allah mempertemukan aku pada orang dengan berbagai macam jenis baik dan jahat (sesuai definisi aku), untuk membuatku berfikir dan belajar. Mencontoh yang baik saja selalu belum sempurna, tanpa kita tahu apa itu jahat, sampai pada akhirnya kita berjanji untuk tidak berbuat jahat.

Pada akhirnya, orang-orang yang aku kagumi juga punya kesalahan, begitu juga orang-orang yang aku permasalahkan keberadaannya, mereka punya kebaikan yang senantiasa mengajarkan ku banyak hal. Aku pun begitu kan?. Bercampur antara kebaikan dan kejahatan, menyatu dalam diri "keakuan".

Berharap ini tak sementara, berharap ini cukup sudah aku lalui liku lukanya. Berharap apa yang sadari sekarang, dapat membuat aku lebih baik memandang hidup, lebih bahagia menerima masalah. Bahwa Allah begitu dekat, untuk memberi pelajaran pada kita untuk menjadi lebih baik. Wallahualam..

Maaf atas segala salah, yang lalu ataupun yang akan datang. Maaf atas luka yang aku coret baik yang aku sadari ataupun tidak. Aku pun sedang belajar menjadi lebih baik. Semoga,,,


Sabtu, 05 Maret 2016

Buku dan Pengalaman

"Buku adalah jendela dunia", tulisan itu saya temui disetiap perpustakaan-perpustakaan sekolah. Memperkenalkan kita pada dunia, mengajarkan sesuatu yang kita belum tahu tentang dunia.

Sudah terhitung tahun saya tidak pernah menginjakan kaki di perpustakaan. Menjadi pembaca facebook dan google yang setia. Dan saya masih bisa dikatakan belajar, sekalipun dari novel-novel dari penulis favorit saya.

Sejak menjauh dari perpustakaan, sejak itu pula saya bisa melanjutkan kata mutiara itu "... dan pengalaman adalah pintunya". Pada akhirnya pengalamanlah yang membuat dunia itu berbeda dari hanya apa yang kita liat dari bingkai sebuah jendela. Dari jumlah halaman sebuah buku.

Ada kebahagian yang berbeda, juga ada ketakutan yang berbeda setiap apa yang kita sendiri alami, dengan apa yang diceritakan di buku. Alasannya sederhana, "siapa yang melihatnya". Mungkin buku adalah apa yang dialami oleh penulis, dan kita menitipkan cara pandang kita terhadap dunia melalui cara pandang penulis sebuah buku. Dan pengalaman sendiri akan memberi rasa dan cara pandang untuk setiap kenangan (buku) yang akan kita tulis tentang dunia.

France, March 5, 2016

Rabu, 10 Februari 2016

Dan Hujan pun Cemburu


"Apa kau tahu, ada yang lebih gagah daripada petang, awan, dan jingga?". Tanya langit kepadaku malam ini. "Yang lebih indah daripada mentari, laut dan pagi." Lanjutnya. "Yang lebih merdu daripada ombak, purnama, dan malam.". Dia menatapku menanti jawaban.

"Dan yang akan mengalahkan sayu gerimis, dibawah sinar lampu jalanan malam".

Kuperlihatkan padamu ini, salju. Dalam doa mu malam ini, biar kuperdengarkan bisikan hatimu berada di sela-sela hembusan angin. Dan kau akan tahu, kesendirian adalah jawaban. Kamu akan tahu, siapa kamu sebenarnya.

Bahwa semua kegundahan yang kamu sembunyikan pada suara hujan, adalah bukan jawaban. Maka kuperkenalkan padamu salju. Sampai kamu tahu, bahwa kamu hanya akan mendengar jiwa-jiwa kamu sendiri. Dan kamu akan tahu, bahwa hujan itu akan cemburu...

Rabu, 27 Januari 2016

Sepatu kaca dan aturannya

"Lebih baik mempersiapkan semua dengan baik, daripada bertemu banyak masalah di negeri orang"

Saya belum bisa di bilang seorang backpacker, lebih pastas di bilang traveller, karena beberapa kali pergi ke beberapa negara ada acara tertentu, dan nyambi jalan-jalan. Saya juga bukan yang sudah pergi ke banyak sekali negara. Tapi, saya cukup banyak belajar dari setiap perjalanan yang sudah saya lakukan.

Saya terpikir untuk membuat tulisan ini karena kemarin ketika saya melakukan check in, ada 3 counter yang di buka. Tapi antrian sudah sangat panjang di belakang. Dengan wajah orang-orang yang hampir mengamuk di belakang.
Saya check in di bandara KLIA, dan kebetulan saya dapat antrian ke 3. 2 orang di depan saya dan termasuk saya diperbolehkan check in terlebih dahulu ketiga counter yang ada. Saya harus berdiri sekitar 10 menit atau mungkin lebih, bukan karena saya yang bermasalah, tapi system di counter saya tetiba rusak. Jadinya saya harus menunggu.

Dan masalah terjadi di dua counter yang lain.

Yang satu counter, terlihat 2 orang check in (pasangan suami istri), dengan membawa 2 luggages besar. Mereka tidak boleh check in karena overload. Dan terkadang aturan cabin jelas hanya bisa 7 kilo saja. Ketika mereka berusaha mengurangi isi bagasi mereka, artinya bawaan cabin mereka jadi banyak dan overload juga.

Di counter yang satu lagi, berdirilah bapak-bapak membawa 3 luggage tidak terlalu besar. Dan mungkin tidak berat. Tapi aturan dari maskapai yang akan kami tumpangi untuk ekonomi saver hanya memperbolehkan bawa bagasi 1 saya tidak lebih dari 23 kg. Untuk ekonomi value, diperbolehkan bawa 2 bagasi dan masing-masing tidak boleh lebih dari 2 kg juga. Sengotot apapun kita, penjaga counter tidak terima karena itu aturan.

Mereka kebingungan, karena membayar tambahan pastilah mahal banget. Tapi merayu mbak/mas counter pun tidak di izinkan. Saya melihat kebelakang dan melihat banyak muka suram dan marah. Bayangkan chaos di buat oleh satu atau dua orang, dan berakibat ke banyak orang.

Setiap maskapai mungkin punya aturan masing-masing. Aturan transit, aturan bagasi allowance yang berbeda. Cabin allowance juga berbeda-beda. Yang penting mau baca saja. Mau pusing mencari, membandingkan. Juga setiap negara punya aturan apa-apa saya yang boleh dibawa dan tidak. Berapa banyak rokok yang diperbolehkan, ada yang tidak memperbolehkan bawa daging, buah-buahan. Daripada rugi uang di denda, kena pajak, mending cari tahu dulu sebelum pergi.

Ada mungkin kalanya kita lolos dari random check, di lain hari kita kena random check. Males banget emang baca semuanya aturan-aturan yang ada. Setiap negara punya aturan yang berbeda. Tapi lebih baik bersiap dari pada dapat masalah di negara orang.

"Kalau pergi dengan lancar, bukan hanya tenang untuk kita. Tapi juga tidak jadi masalah untuk orang lain. Masalah travelling itu macem-macem. Di negara ini begini, di negara itu begitu. Kita lihat foto orang-orang yang bagus-bagus, kemana-mana, tapi ketahuilah dibalik foto-foto yang bagus itu ada banyak perjuangan yang harus di lalui. Searching banyak informasi. Ada setumpuk pengalaman yang harus di pelajari, di interospeksi. Kalau kita sudah bisa mengatasi hal-hal yang remeh temeh di travelling kita yang pertama, di travelling yang dekat-dekat, pasti kesempatan akan datang lagi kepada kita untuk mengajak kita pergi ke yang lebih jauh, pergi ke tempat yang lebih bagus, dan mungkin dengan masalah yang lebih banyak. Hidup kan begitu."

Ibarat kalau kita mau pakai sepatu kaca, pastilah tidak dibisa dipakai ke gunung.

Rabu, 06 Januari 2016

Sleeping pill bermerek "maaf"

Kebanyakan students, menjadi kecanduan kafein selama menjadi mahasiswa. Berusaha menahan kantuk demi tugas, ujian, dan deadline. Sampai pada saatnya, kita menjadi kebal kafein dan langganan maag akut.

Itu tidak berlaku untuk saya. Cukup mudah membuat saya terjaga, bukan dengan kopi. Tapi hanya dengan kecemasan. Deadline, ujian, sudah cukup menjadi sumber untuk tetap bangun siang malam.

Yang aneh adalah sekarang, ini ketiga kalinya dalam hidup saya, saya meminta obat tidur ke dokter. Saya hanya perlu tidur. Itu saja. Sudah malam ke empat saya tidak bisa tidur.

Yang lebih anehnya lagi, siang haripun saya tunggu kantuk datang. Tapi, dia tak tahu dimana. Saya tidak ngantuk, tapi saya tahu saya sangat lelah.

Insomnia saya kali ini bukan bersumber dari deadline, ujian, atau yang lainnya. Saya pun tidak tahu kenapa. Saya pun sampai bertanya, kenapa begini.

Di malam ke empat, pukul 3 pagi.  Saya meminun obat yang berefek samping mengantuk.  Berharap dia datang. Pukul 4 pagi pun tiba, kepala saya sakit. Dan keluarlah air mata saya.

Saya akhirnya tahu, apa alasannya. Saya pun tahu, apa yang terjadi pada saya. Jawabannya adalah karena saya belum memaafkan. Itu saja. Saya belum memaafkan orang lain, dan juga belum memaafkan diri saya sendiri.

Senin, 04 Januari 2016

Berkelana

Ada seorang perempuan mengembara mencari arti. Mencari hal yang paling berharga dalam hidupnya. Bermimpi ini itu. Berencana ini itu. Dihadapinya ketakutan ketakutan hidup. Dilaluinya kesusahan kesusahan hidup. Dijumpainya mimpi mimpi yang dia rencanakan. Tapi dia lupa, bahwa yang berharga untuknya bukan mimpi mimpinya. Bukan juga pencapaian pencapaiannya. Dia lupa, bahwa yang berharga itu tidak lebih jauh daripada bayangannya sendiri. Yang berharga itu dirinya.