Selasa, 22 Maret 2016

Kapan Harus Menyerah?


"Mungkin ami ga cocok ngerjain penelitian ami sekarang". Ada beberapa orang yang pernah berkata itu kepada saya. Semakin hari, kadang saya ingin mempercayai bahwa saya mungkin memang tidak cocok jadi fisikawan di bidang particle physics experiment ini. "Mungkin sudahan aja. Menyerah saja. Mimpi ini terlalu tidak mungkin."

Angin musim semi pagi ini membisikkan sesuatu yang tidak biasa. Ya, saya merasakan musim semi. Karena saya ada di tempat ini. Tempat yang dulu saya impikan, dan terlalu tidak mungkin untuk seorang yang tidak ada apa-apanya seperti saya ada di sini. Tapi itu bukan hanya mimpi.

Tidak tahu siapa yang mengajarkan saya ini siapa, tiba-tiba saya berfikir "itulah pentingnya memilih sesuatu karena Allah. Maju atau menyerah harus karena Allah. Memilih sesuatu karena hal tersebut mendekatkan kita padaNya. Memilih menyudahi karena hal tersebut menjauhkan kita dariNya."

Jika saya banyak kesalahan, itu karena saya. Bukan karena particle physics ini yang menjauhkan saya dariNya. Tidak ada orang di sini yang menyuruh saya melepas jilbab, atau mencekal saya ketika saya sedang sholat. Justru, karena kesusahan dengan penelitian saya yang membuat akhirnya saya hanya bisa malu. Saya merasa tidak ada apa-apa yang perlu saya sombongkan. Saya datang lagi padaNya meminta pertolongan, meminta dimudahkan, meminta diberi pengetahuan yang banyak.

Allah yang punya ilmu. Allah punya alasan kenapa memberikan jalan kepada saya untuk sampai di sini. Allah maha tahu. Tidak ada alasan untuk mundur.

CERN, 22nd-March-2016

Tidak ada komentar :

Posting Komentar