Senin, 28 Maret 2016

Bukan pergi kemana, tetapi bertemu siapa

Entah alasan apa, dari kecil ingin sekali ke Paris. Sampai di sini, saya tahu eiffel itu hanya beberapa miles dari sini. Tidak jauh. Dan sejujurnya, saya berharap bisa ke Interlaken.

Saya mengurungkan niat saya untuk ke Interlaken, karena tiket murahnya tidak berhasil saya dapat. Akhirnya, Allah punya rencana lain mempertemukan saya dengan seorang Ibu dari Garut yang sedang kuliah di Grenoble, France. Jaraknya hanya 2.5 jam dari Geneva dengan Bus. Sepulang dari sana, saya punya kesimpulan sendiri tentang makna sebuah perjalanan.

Banyak blog dan web memberikan informasi tentang perjalanan mereka ke satu tempat terkenal, dengan biaya hotel, bus, makanan dan lain-lain. Tapi saya akhirnya tidak tertarik lagi ke Paris, ke Interlaken, atau ke tempat-tempat favorit lainnya. Bukan karena mereka tidak menarik, tapi karena bukan itu yang saya cari. Bukan kepuasan berfoto di depan Eiffle tower seperti orang kebanyakan, bukan juga cap di passport karena kita sudah pergi ke tempat itu. Lebih jauh daripada itu, lebih indah daripada itu. Yaitu "Pertemuan".

Nama tempatnya menjadi tidak penting. Foto di depan tempat terkenal itu pun menjadi tidak penting. Yang terpenting saya bertemu siapa, dan belajar apa.

Pergi ke Amsterdam tahun lalu, saya bertemu pak Sohib dan bu Faiz dengan dua anaknya. Mendengar pengalaman mereka membesarkan anak yang harus sekolah di sekolah nasional yang mengharuskan mereka berbahasa Belanda. Tidak mudah, karena anaknya sempat kesulitan untuk mengekspresikan keinginannya kepada teman atau gurunya di sekolah. Dan akhirnya anaknya bisa berbahasa Belanda dengan lancar dalam satu tahun setengah mereka bersekolah di sekolah umum. Saya juga belajar bagaimana sistem pendidikan anak di sana. Sungguh cerita itu menjadi lebih penting daripada cerita tentang Van Goh sekalipun.

Perjalanan kali ini ke Grenoble, ke Vissile, Bastile, Lyon, itu cukup menjadi pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Terutama pertemuan dengan bu Ade dan Bu Ifa yang merupakan mahasiswa S2 di universitas di France. Perjuangan ibu-ibu yang tidak mudah meninggalkan anak-anak dan suaminya demi berada di sini. Dilema antara keberuntungan dan pengorbanan menjadi hal-hal yang bergejolak untuk direnungkan batin seorang ibu. Tapi, ridho suami dan kesempatan yang Allah beri cukup menguatkan bahwa kesempatannya berada di bumi France dan jauh dari keluarga merupakan sebuah alur hidup yang harus mereka lalui.

Pada akhirnya, hidup seperti apapun akan ada sisi positif dan negatifnya. Selalu ada dukungan ataupun celaan. Selalu ada yang didapatkan juga dikorbankan. Dan itulah yang membuat cerita hidup setiap orang tidak perlu sama. Tidak berhenti berharap dan juga selalu bersyukur dengan apa yang telah di gariskan.

France, 28-March-2016



Tidak ada komentar :

Posting Komentar