Rabu, 06 Januari 2016

Sleeping pill bermerek "maaf"

Kebanyakan students, menjadi kecanduan kafein selama menjadi mahasiswa. Berusaha menahan kantuk demi tugas, ujian, dan deadline. Sampai pada saatnya, kita menjadi kebal kafein dan langganan maag akut.

Itu tidak berlaku untuk saya. Cukup mudah membuat saya terjaga, bukan dengan kopi. Tapi hanya dengan kecemasan. Deadline, ujian, sudah cukup menjadi sumber untuk tetap bangun siang malam.

Yang aneh adalah sekarang, ini ketiga kalinya dalam hidup saya, saya meminta obat tidur ke dokter. Saya hanya perlu tidur. Itu saja. Sudah malam ke empat saya tidak bisa tidur.

Yang lebih anehnya lagi, siang haripun saya tunggu kantuk datang. Tapi, dia tak tahu dimana. Saya tidak ngantuk, tapi saya tahu saya sangat lelah.

Insomnia saya kali ini bukan bersumber dari deadline, ujian, atau yang lainnya. Saya pun tidak tahu kenapa. Saya pun sampai bertanya, kenapa begini.

Di malam ke empat, pukul 3 pagi.  Saya meminun obat yang berefek samping mengantuk.  Berharap dia datang. Pukul 4 pagi pun tiba, kepala saya sakit. Dan keluarlah air mata saya.

Saya akhirnya tahu, apa alasannya. Saya pun tahu, apa yang terjadi pada saya. Jawabannya adalah karena saya belum memaafkan. Itu saja. Saya belum memaafkan orang lain, dan juga belum memaafkan diri saya sendiri.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar