Kamis, 30 Januari 2014

Krisan Matahari


Siklus hidup berputar hari per hari nya. Seperti teori Newton. Semua seperti bergerak dan tak mau berhenti. Jalanan ini kulalui setiap hari pada waktu yang sama dengan pemandangan yang sama. Ibu-ibu berbelanja sayur selagi menunggu anaknya selesei sekolah. Pelayan Indomaret yang siap siap membuka tokonya. Juga, seorang bapak-bapak penjual bunga yang sibuk merangkai bunga setiap paginya.

Senyuman bapak penjual bunga pun tak pernah hilang setiap pagi ketika saya sedang berjalan santai, atau sedang lari-lari karena telat, atau sedang komat-kamit menghafal materi ujian. Bapak nya selalu tersenyum penuh kehangatan. Hingga suatu hari hujan turun saat aku sedang pulang menuju kosan. Bapak itu berteriak menyuruhku berteduh. Sejak itu, aku tahu banyak tentang jenis-jenis bunga, tentang merangkai bunga, juga tentang arti dari masing-masingnya.

"Adek suka bunga apa?", Tanya bapak itu kepada saya.

"Saya suka bunga krisan. Entahlah, saya sangat suka warna warninya. Oh iya Pak, saya mau beli ya, bunga krisan orange, 2 batang saja."

"untuk apa?"
"Saya suka pak, saya sudah beli gelas kaca tinggi. Nanti saya isi air, dan taruh bunga nya di meja belajar saya. Saya suka ada yang berwarna di atas meja. Apalagi bunga hidup. Saya merasa seperti terapi untuk menjalani hidup lebih hidup, lebih berwarna setiap harinya."

Akhirnya bapaknya memberi saya 2 tangkai bunga krisan orange, sambil bercerita kepada saya. "Saya sudah curiga, kamu pasti suka bunga krisan. Dari kepribadiannya kamu, bapak sudah tahu. Kamu itu ceria, seperti bunga krisan yang punya warna yang relatip cerah. Bungan krisan itu keceriaan."

"Oh iya, jadi kita bisa tahu sifat orang dari bunga yang dia suka?, waw menarik juga." Saya sangat terkejut melihat arti dibalik satu jenis bunga. Saya pun tertarik untuk bertanya tentang arti bunga yang lain.

Dan setelah itu, saya adalah pelanggan setia. Setiap minggu, saya akan membeli bunga krisan 2 batang, dengan warna yang berbeda. Selain karena suka, saya ingin berterimakasih karena mengajarkan saya banyak hal tentang bunga dan juga karena pejual bunga itu memberikan harga khusus untuk saya.

Pada satu malam, bapak itu menyambut kedatangan saya dengan terkejut. Karena saya baru dua hari yang lalu membeli dua tangkai krisan kuning dari toko bunga ini.
"lho, kenapa?. Bungan nya sudah layu lagi?". Tanyanya heran.
"Saya bukan mau beli bunga krisan pak, tapi saya mau bertanya tentang menanam bunga matahari pak."
"Lah, kamu jadi berpindah kesukaan?, kenapa jadi tanya bunga matahari?, lagian kamu mau menanamnya di kosan?"
"Saya masih penggemar krisan kok pak, hanya saja saya punya proyek baru sekarang. Saya mau menanam bunga matahari. Bisa ga ya dalam waktu dua bulan bunganya sudah ada?. Terus kalau saya tanam itu di plastik atau pot bunga, bisa tumbuh ga ya pak?. Terus apa saya harus siram setiap hari?, apa cahayanya harus cukup, atau tidak?."

Bapak penjual bunga itu tersenyum melihat muka saya yang penuh pertanyaan berceloteh tiada henti. Dia menjelaskan semuanya secara detil. Hingga pada satu pertanyaan, "kamu memang mau memberi kesiapa?, spesial banget kayaknya?".

"Itu teman saya minta tolong saya untuk menanam dan merawat bunga matahari ini. Rumah dia jauh pak, lagian dia juga mau berikan bunga nya sama temen perempuannya yang fans berat bunga matahari. Teman saya ini mau ngasih kejutan dihari ulang tahun perempuan itu bulan Desember nanti.".

"Temen kamu itu laki-laki toh?," Tanya bapak penjual bunga lagi.

"Iya, makanya dia minta tolong saya merawatnya.".
 
"Wah hati-hati dek, nanti kamu lho yang disukain temen kamu."

"Ah masa?, ga mungkin pak. Temen saya ini suka banget sama perempuan pecinta bunga matahari itu. Dia curhat ke saya ampe galau banget mau nembak perempuan itu.".

Bapaknya hanya tertawa lebar, dan berkata "Kamu benar-benar seperti bunga krisan ya. Masih murni. Suatu hari kamu akan faham".

Aku yang masih belum faham dengan ucapan bapak penjual bunga ini dibuat melamun sepanjang jalan menuju kosan. Aku berpikir tentang maksud bapak penjual bunga tadi tapi belum juga menemukan jawabannya.

__________________________________________

Kehidupan tetap berputar. Berjalan tanpa henti. Waktu mendekati Desember, tapi tak terlihat sekuntum bunga matahari pun mekar setiap pagi. Aku memang belum sempat mencoba menanam bunga matahari itu. Setelah bapak penjual bunga itu bilang, susah untuk menanam bunga kwaci itu.

Desember datang, cerita romantis tentang seikat bunga matahari sebagai hadiah ulang tahun pun hilang sudah. Sang perempuan dipersunting laki-laki pilihan kakeknya. Tak ada lagi harapan untuk bisa menyatakan cinta pada perempuan matahari itu. Kini hanya kegalauan menyelimuti temanku.

Aku kini dilanda kebingungan. Entah bagaimana caranya menghibur teman yang sedang patah hati. Mengajaknya nonton, atau makanpun sudah. Akhirnya aku memilih tak menyinggung satu katapun baik tentang perempuan matahari itu, atau pun bunga matahari. Membiarkannya bercerita ngelantur, mendengarkannya. Juga hanya berusaha memehaminya.

Tapi sejak saat itu ada yang berbeda. Cerita cinta bunga matahari berubah. Ada yang aku fahami dari cerita ini. Cerita cinta bunga krisan yang tak pernah aku mengerti.

Setelah sekian lama tak datang membeli bunga, aku datang menemui bapak penjual bunga itu lagi untuk membeli seikat bunga untuk teman saya yang sedang wisuda. "Kamu kemana aja?," tanya nya.

"Saya ada pak, hanya lagi sibuk ujian akhir semester aja."
"Gimana bunga mataharinya?, lalu gimana temen kamu itu jadi ngasih bunga mataharinya? jadi nyatain cinta ga?". Tanya nya sambil tetap sibuk merangkaikan satu bunga untukku.

"Tak ada pak, tak ada ucapan cinta. Tak ada bunga matahari.". Aku menceritakan semuanya. Sampai dia bertanya satu hal yang membuat saya diam lagi.

"Lalu perasaan kamu gimana?, lega atau tidak?".

Lega?, entahlah saya tak tahu. Betapa jahat kalau aku berlega hati saat temanku dilanda kegalauan yang sangat sesak.

"Saya  krisan pak, bukan bunga matahari. Bentuknya mirip. Tapi tak sama. Yang sama adalah kita sama-sama bunga. Kita sama-sama perempuan. Kita sama-sama perlu waktu untuk mejadi mekar, dan ada waktu tertentu untuk disiram air."

"Hahaha..., kamu belajar apa dari cerita ini?, apa kamu sudah tahu perasaan kamu yang sebenarnya?," Tanyanya penuh dengan kehati-hatian.


"Entahlah, saya ga tahu.", Jawabku penih kebimbangan.

"Kamu tahu, setiap perempuan itu suka bunga. Setomboy apapun dia, sekeras apapun hati perempuan itu, pasti dia suka bunga. Tentu mereka akan suka jika diberi bunga. Apalagi diberi bunga mawar merah seribu tangkai." Dia memberiku serangkai bunga krisan warna-warni yang sudah sangat cantik berbaluk pita pink. Dia tersenyum melihat mukaku yang penuh tanya memahami kata-katanya tadi.

Dia masuk lagi mengambil tiga tangkai krisan warna merah, orange, dan kuning. "Ini gratis untuk kamu. Tapi kamu boleh ambil sepulang nanti kamu ke kosan, saya akan simpankan ini untuk kamu ambil ya!".

Aku masih belum mau pergi. Masih ingin tahu ceritanya berlanjut. Dia tahu, aku masih berharap dia melanjutkan ceritanya. Lalu dia duduk disampingku.

"Kamu tahu, arti dari memberi itu bukan dari benda yang diberikan. Kalau perempuan matahari itu sangat suka bunga matahari, lalu kamu berikan dia bunga matahari, dia tentu sangat senang. Tapi bukan karena bunga mataharinya, tapi dia tahu bahwa kamu memahaminya.".

"Berarti aku juga tahu dong bapak memahami saya kalau saya suka krisan?". Tukasku.

"Ya, bapak tahu karena bapak penjual bunga. Wajar kalau bapak tahu. Tapi kalau teman kamu yang ngasih kamu krisan, kamu akan mengartikan apa?. Apa kamu juga berharap teman kamu memberikan kamu serangkai krisan penuh warna, seperti dia mau memberikan bunga matahari pada perempuan itu?".

Saya berpikir beberapa saat untuk menjawabnya. Lalu bapak penjual bunga itu menyuruh saya pergi ke acara wisudanya, dan menyuruh saya mencari tahu jawabannya.

Seikat bunga itu, aku berikan kepada temanku yang sedang wisuda. Ada kebahagiaan yang kutangkap dari wajahnya. Semua melakukan hal yang sama. Berbagai macam bunga, tapi satu arti. Yaitu satu rangkai bunga untuk ucapan selamat atau kelulusan, usaha kerja keras, karena hari ini adalah ada momen, wisuda. Sebanyak apapun bunga yang diberi, maknanya tetap satu. Tersembunyi bersama momen kemeriahan wisuda. Momen, waktu, kesempatan, itu yang menjadi rahasia dari memberi. Arti itu tersembunyi pada waktu.

Teringat bapak penjual bunga memberiku krisan gratis karena pada waktu ini dia ingin memberi tahuku tentang cinta perempuan krisan yang tersembunyi dalam waktu.

Aku pulang dari wisuda. Mampir ke toko bunga untuk mengambil tiga tangkai krisan yang diberikan bapak penjual bunga gratis untukku. Sambil tergopoh-gopoh dan suara sesak aku memberikan jawaban untuk diskusi tadi. "Saya sudah tahu jawabannya pak. Saya ga akan bahagia menerima satu atau seribu krisan dari teman saya saat ini. Waktunya terlambat. Dia terlambat memahami saya".

Bapaknya tersenyum dengan mengacungkan jempol dan berkata, "Saya percaya bahwa arti krisan yang lain itu adalah kemurnian. Dan itu, kamu.". Dia menyodorkan tiga tangkai krisan untuk saya dan satu majalah yang mengupas tuntas tentang bunga krisan. "Saya hanya meminjamkan saja. Jadi tolong kembalikan ya!".

Aku pulang dengan tiga tangkai krisan dan sekuntum senyum penuh arti. Aku tahu kalau semua perempuan suka bunga. Kita sangat suka diberi bunga.  Tapi, ada waktu dan kesempatan yang membuat krisan tak hanya sekedar keceriaan, atau mawar tak hanya sebagai tanda cinta. Kita perempuan punya waktu untuk mekar. Punya waktu untuk disiram air. Dan kita pun bisa layu dipetik atau pun tidak, ada waktunya kita harus layu.

KL, 30 Januari 2014.


















Tidak ada komentar :

Posting Komentar